Japanese Geek

All about Japan, Anime, And My World


Bushido (Kanji: 武士道 "tata cara ksatria") adalah sebuah kode etik keksatriaan golongan Samurai dalam feodalisme Jepang. Bushido berasal bushidodari nilai-nilai moral samurai, paling sering menekankan beberapa kombinasi dari kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai mati.


Lahir dari Neo-Konfusianisme selama masa damai Tokugawa dan mengikuti teks Konfusianisme, Bushido juga dipengaruhi oleh Shinto dan Buddhisme Zen, yang memungkinkan adanya kekerasan dari samurai yang ditempa dengan kebijaksanaan dan ketenangan.

Samurai sendiri adalah sebuah strata sosial penting dalam tatanan masyarakat feodalisme Jepang. Secara resmi, Bushido dikumandangkan dalam bentuk etika sejak zaman Shogun Tokugawa.Biasanya para samurai dan Shogun rela mempartaruhkan nyawa demi itu, Jika gagal, ia akan melakukan seppuku (harakiri).Bushido sudah dilakukan pada saat Perang Dunia II, yaitu menjadi prajurit berani mati


secara harafiah artinya nilai ksatria adalah sebuah kode etik kepahlawanan golongan Samurai dalam feodalisme Jepang. Bushido berasal dari dua dasar kata, “Bushi” yang berarti kesatria dan “Do” yang berarti jalan/tata cara/kode etik. Kata “Bushi” dapat di bagi lagi menjadi kata “Bu” yang berarti untuk menghentikan, dimana definisi dari kata “Bu” ini adalah menghindari terjadinya kekerasan dan penggunaan senjata. Sementara kata “Shi” yang dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai peringkat dengan cara belajar. Namun arti kata “Bushi” sepertinya untuk memberikan arti “setiap orang yang menjaga kedamaian baik secara diplomatis maupun dengan penggunaan senjata". Sehingga secara keseluruhan arti kata “Bushido” dapat berarti suatu jalan atau metode untuk menjaga perdamaian yang dilakukan secara diplomasi maupun menggunakan senjata. Bushido banyak mengadopsi nilai agama Budha, Shinto dan Konfusius.

Kode Bushido ditandai dengan tujuh kebajikan,Seorang ksatria harus paham betul tentang yang benar dan yang salah, dan berusaha keras melakukan yang benar dan menghindari yang salah. Dengan cara itulah bushido biasa hidup.Nilai ini sangat dijunjung tinggi dalam falsafah bushido, dan merupakan dasar bagi insan manusia untuk lebih mengerti tentang moral dan etika.

1. Yū (勇 – Keberanian) / Berani dalam menghadapi kesulitan.

Keberanian merupakan sebuah karakter dan sikap untuk bertahan demi prinsip kebenaran yang dipercayai meski mendapat berbagai tekanan dan kesulitan. Keberanian juga merupakan ciri para samurai, mereka siap dengan risiko apapun termasuk mempertaruhkan nyawa demi memperjuangkan keyakinan.

"Pastikan kau menempa diri dengan latihan seribu hari, dan mengasah diri dengan latihan selama ribuan hari". (Miyamoto Musashi)

Keberanian mereka tercermin dalam prinsipnya yang menganggap hidupnya tidak lebih berharga dari sebuah bulu. Namun demikian, keberanian samurai tidak membabibuta, melainkan dilandasi latihan yang keras dan penuh disiplin.

2. Jin (仁 – Kemurahan hati) 

Bushido memiliki aspek keseimbangan antara maskulin (yin) dan feminin (yang). Jin mewakili sifat feminin yaitu mencintai. Meski berlatih ilmu pedang dan strategi berperang, para samurai harus memiliki sifat mencintai sesama, kasih sayang, dan peduli.

"Jadilah yang pertama dalam memaafkan."(Toyotomi Hideyoshi)

Kasih sayang dan kepedulian tidak hanya ditujukan pada atasan dan pimpinan namun pada kemanusiaan. Sikap ini harus tetap ditunjukan baik di siang hari yang terang benderang, maupun di kegelapan malam. Kemurahan hati juga ditunjukkan dalam hal memaafkan.

3. Rei (礼 – Menghormati) / Hormat kepada orang lain.

"Apakah kau sedang berjalan, berdiri diam, sedang duduk, atau sedang bersandar, di dalam perilaku dan sikapmulah kau membawa diri dengan cara yang benar-benar mencerminkan prajurit sejati. (Kode Etik Samurai)

Seorang Samurai tidak pernah bersikap kasar dan ceroboh, namun senantiasa menggunakan kode etiknya secara sempurna sepanjang waktu. Sikap santun dan hormat tidak saja ditujukan pada pimpinan dan orang tua, namun kepada tamu atau siap pun yang ditemui. Sikap santun meliputi cara duduk, berbicara, bahkan dalam memperlakukan benda ataupun senjata.

4. Makoto atau (信 – Shin Kejujuran) dan tulus-ikhlas / Bersikap Tulus dan Ikhlas.

"Samurai mengatakan apa yang mereka maksudkan, dan melakukan apa yang mereka katakan. Mereka membuat janji dan berani menepatinya." (Toyotomi Hideyoshi)
"Perkataan seorang samurai lebih kuat daripada besi." (Kode Etik Samurai)

Seorang Samurai senantiasa bersikap Jujur dan Tulus mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Para ksatria harus menjaga ucapannya dan selalu waspada tidak menggunjing, bahkan saat melihat atau mendengar hal-hal buruk tentang kolega.

5. Meiyo (名誉 – Kehormatan) / Menjaga kehormatan diri.

Bagi samurai cara menjaga kehormatan adalah dengan menjalankan kode bushido secara konsisten sepanjang waktu dan tidak menggunakan jalan pintas yang melanggar moralitas.

"Jika kau di depan publik, meski tidak bertugas, kau tidak boleh sembarangan bersantai. Lebih baik kau membaca, berlatih kaligrafi, mengkaji sejarah, atau tatakrama keprajuritan." (Kode Etik Samurai)

Seorang samurai memiliki harga diri yang tinggi, yang mereka jaga dengan cara perilaku terhormat. Salah satu cara mereka menjaga kehormatan adalah tidak menyia-nyiakan waktu dan menghindari perilaku yang tidak berguna.

6. Chūgo (忠義 – Loyal) / Menjaga Kesetiaan kepada satu pimpinan dan guru.

Kesetiaan ditunjukkan dengan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Kesetiaan seorang ksatria tidak saja saat
pimpinannya dalam keadaan sukses dan berkembang.

"Seorang ksatria mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melakukan pelayanan tugas." (Kode Etik Samurai)

Bahkan dalam keadaaan sukses dan berkembang.

"Seorang ksatria mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melakukan pelayanan tugas." (Kode Etik Samurai)

*Photo: Makam ke 47 Ronin (ronin= samurai tak bertuan, kisah mereka pernah diangkat kedalam sebuah film dikarenakan keloyalan mereka pada tuan mereka yang sudah meninggal)*

Bahkan dalam keadaaan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, pimpinan mengalami banyak beban permasalahan, seorang ksatria tetap setia pada pimpinannya dan tidak meninggalkannya. Puncak kehormatan seorang samurai adalah mati dalam menjalankan tugas dan perjuangan.

7. Tei (悌 – Menghormati Orang Tua) / Menghormati orang tua dan rendah hati.

"Tak peduli seberapa banyak kau menanamkan loyalitas dan kewajiban keluarga di dalam hati, tanpa prilaku baik untuk mengekspresikan rasa hormat dan peduli pada pimpinan dan orang tua, maka kau tak bisa dikatakan sudah menghargai cara hidup samurai." (Kode Etik Samurai)

Samurai sangat menghormati dan peduli pada orang yang lebih tua baik orang tua sendiri, pimpinan, maupun para leluhurnya. Mereka harus memahami silsilah keluarga juga asal-usulnya. Mereka fokus melayani dan tidak memikirkan jiwa dan raganya pribadi.




Jika kehidupan samurai dan anime adalah dua hal yang paling dikenal dunia dari Jepang, maka bunuh diri bisa dibilang adalah hal ketiga. Citra bunuh diri begitu lekat dengan Jepang 

Masih ingatkah kalian dengan beberapa kasus bunuh diri yang sangat menghebohkan di dunia maya?. Tentunya hal itu menjadi sesuatu yang sangat diingat apalagi banyak orang yang juga menyaksikan hal tersebut. Bunuh diri menjadi sesuatu yang trending beberapa bulan lalu, sering dibicarakan, dan menjadi suatu hal yang ditakuti.

Pria ternyata merupakan pelaku bunuh diri yang terbanyak di Jepang, apalagi di Jepang juga ada praktik bunuh diri yang disebut dengan seppuku. Namun tidak jarang seppuku juga dilakukan oleh wanita yang sudah berkeluarga. Kebanyakan pelaku bunuh diri di Jepang berkisar pada umur 50 tahun atau setengah baya, untuk remaja dan anak-anak itu relatif jarang ditemukan.

Kemungkinan yang menjadikan banyaknya pria melakukan tindakan bunuh diri karena kehilangan pekerjaannya, atau usaha yang dia jalani gulung tikar. Apalagi pria memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan wanita, dan membuat mereka semakin tertekan karena tanggung jawab yang lebih besar yang dia miliki.


Bentuk permintaan maaf gaya Jepang?

Sudah tahu tentang seppuku? Suatu bentuk kegiatan bunuh diri yang dilakukan oleh orang Jepang dengan cara merobek perut dengan menggunakan katana yang berukuran kecil. Hal ini pun terjadi di jaman dahulu dan sudah resmi dilarang sejak tahun 1873 atau pada masa Restorasi Meiji. Biasanya orang yang melakukan seppuku karena alasan harga diri, tanggung jawab karena gagal dalam tugas, kalah dalam peperangan sehingga sebelum dipermalukan karena akan ditangkap oleh pihak musuh, para pemimpinnya biasa untuk melakukan bunuh diri.

Orang yang melakukan seppuku akan melakukan ritual yang cukup panjang, namun jika terdesak dia akan melakukannya dengan cara instan. Pelaku bunuh diri dengan seppuku biasanya melakukan tindakkan tersebut dalam kondisi bersih. Mereka membersihkan badan dan setelah itu menggunakan pakaian yang serba putih.

Mungkin dari bentuk seppuku itulah banyak orang Jepang yang melakukan tidakkan bunuh diri. Bisa dibilang ini adalah suatu bentuk budaya yang pada akhirnya turun temurun dan menjadi solusi akhir bagi orang Jepang yang putus asa dengan kehidupannya.

Kayoko Ueno, Sosiolog dari University of Tokushima, menyebut bahwa Jepang memang telah lama dikenal sebagai “nation of suicide”, atau bangsa bunuh diri. Meski begitu, temuan-temuan terakhir menunjukkan bahwa asosiasi tersebut tak lagi benar-benar tepat. 

Jepang memang punya kedekatan historis yang khusus dengan bunuh diri ini. Di masa lampau, pilihan bunuh diri banyak dilakukan dengan alasan kehormatan. Misalnya saja yang dilakukan oleh samurai di masa lampau dan serdadu fasis Jepang di Perang Dunia II. 

Samurai tersebut memilih bunuh diri ketimbang ditangkap musuh --yang mungkin membuatnya tidak setia pada sang majikan. Atau pilihan serdadu Jepang di Perang Dunia II untuk menabrakkan pesawat tempurnya yang sudah usang dan tertinggal kemampuannya ke kapal perang tentara sekutu. Bunuh diri, bagi orang Jepang, adalah upaya untuk tetap terhormat hingga akhir hayat. 


Angka Bunuh Diri yang Tinggi

Dan faktanya, angka kematian akibat bunuh diri di Jepang pun memang selalu tinggi. 

Menjelang milenium kedua, Jepang mendapati kenaikan angka bunuh diri yang signifikan. Pada tahun 1998, sebanyak 32.863 orang bunuh diri, naik 34,7 persen dibanding tahun sebelumnya -- angka tertinggi bunuh diri Jepang sejak kepolisian mereka mulai mencatat budaya umum Jepang tersebut di tahun 1947. 

Catatan yang tinggi tersebut diakibatkan oleh beberapa hal. Pada tahun 1999, tingginya tingkat depresi yang diakibatkan oleh resesi ekonomi menjadi penyebab yang paling banyak ditunjuk oleh para ahli. Beberapa media lokal menyebut kondisi tersebut “darurat”. 

Ternyata, angka tersebut sempat terus meningkat. Pada tahun 2003, Jepang mencatatkan rekor angka bunuh diri paling tinggi sepanjang sejarah. Sebanyak 34.427 orang mati akibat bunuh diri pada tahun tersebut. 

Angka tersebut memang mengalami penurunan beberapa tahun setelahnya. Pada tahun 2004, jumlah bunuh diri di Jepang turun sekitar 2.000 orang, yaitu 32.325 dalam setahun. Di akhir dekade 2010, angka bunuh diri turun menjadi 31.690. Meski turun, catatan yang melebihi titik 30.000 tiap tahunnya jelas bukanlah statistik yang bisa dibanggakan.

Angka yang luar biasa tinggi ini memaksa pemerintah Jepang berbenah. Upaya pemerintah dilakukan lewat Basic Act on Suicide Prevention yang dimulai pada 2006. Tujuannya adalah untuk mempromosikan pencegahan bunuh diri dan membantu keluarga dari orang-orang yang melakukan bunuh diri. 

Lewat upaya ini, pencegahan bunuh diri bukan lagi upaya salah satu kementerian namun menjadi tanggung jawab semua cabang pemerintahan. Semua kementerian harus awas dan berusaha untuk mencegah bunuh diri di Jepang. Lebih dari 220 juta dolar AS dihabiskan untuk upaya pencegahan yang meliputi upaya perbaikan konseling dan sistem monitoring secara online.

Hasilnya mulai terlihat pada tahun 2012. Kepolisian mencatat angka bunuh diri “hanya” mencapai jumlah 27.858 orang. Ini adalah pertama kalinya dalam 10 tahun angka bunuh diri di Jepang berada di bawah titik 30.000. Angka tersebut kembali turun menjadi 27.283 di tahun 2013, dan turun kembali menjadi sekitar 25.000 di tahun 2014.

Upaya pemerintah Jepang tampaknya memang berhasil. Pada tahun 2015, angka bunuh diri kembali menurun. Pemerintah Jepang menyebut bahwa bunuh diri masyarakatnya hanya menyentuh angka 24.025 orang. 

Ini adalah pertama kalinya dalam 18 tahun terakhir angka bunuh diri di Jepang berada di bawah angka 25.000 --turun 10.000 dibandingkan 10 tahun sebelumnya. Jepang tak lagi berada di urutan pertama pemegang rasio bunuh diri dengan jumlah penduduknya dalam satu tahun, yang pada 2016 dipimpin oleh Guyana dan Korea Selatan.

Cara Bertanggung Jawab

Meski begitu, Jepang tetap ada di atas sana, selalu berada dalam peringkat 10 besar pemegang rasio bunuh diri tertinggi dunia. Praktik bunuh diri yang marak di masa lampau membuatnya tak lagi tabu di masyarakat Jepang masa-masa selanjutnya. 

Wataru Nishida, psikolog dari Temple University, Jepang, menyebut bahwa ada pemaknaan yang berbeda soal bunuh diri di Jepang dan di belahan dunia lain. 
“Jepang tidak punya sejarah keagamaan yang kuat. Jadi di sini, bunuh diri bukanlah sebuah dosa,” ucap Nishida seperti dilansir BBC. “Faktanya, bunuh diri memang masih dipandang sebagai salah satu cara seseorang bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.”
Masahiro Yamada, sosiolog dari Chuo University di Tokyo, mendukung bahwa di Jepang anggapan bahwa bunuh diri menjadi salah satu cara seseorang bertanggung jawab sudah diterima.
“Kami membuatnya (budaya bunuh diri) menjadi layaknya sebuah praktik kebajikan,” ucapnya dikutip dari USAToday.
Meski begitu, permasalahan bunuh diri buat orang-orang Jepang tidak pernah sesederhana itu. Hal yang patut dipahami dari tren bunuh diri Jepang yang tetap tinggi ini adalah alasan dan bagaimana komposisi dari orang-orang yang melakukannya. 
Mengutip dari Guardian, depresi menjadi alasan utama mengapa orang Jepang melakukan bunuh diri. Satu dari lima kasus menunjukkan hal tersebut. Setelah depresi, sakit menjadi alasan lain mengapa mati dipandang bisa memotong masa penderitaan. 
Pada tahun 2008, angka lansia yang melakukan bunuh diri naik 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hampir 36  persen dari lebih 30.000 orang yang bunuh diri berusia lebih dari 60 tahun. Alasannya didominasi oleh perkara finansial.


Bunuh Diri yang Menguntungkan


Ken Joseph dari Japan Helpline, layanan bantuan dan konseling non-profit di Jepang, juga mencermati permasalahan tersebut. Bahkan menurutnya, tekanan untuk bunuh diri tak hanya dirasakan para pensiunan, namun juga para pekerja yang berada di usia matang. Joseph melihat adanya tren bahwa bunuh diri justru menguntungkan. 
“Sistem asuransi di Jepang sangatlah longgar ketika menghadapi masalah bunuh diri,” ucapnya dikutip dari BBC. Ia mencatat bahwa sistem asuransi justru menguntungkan bagi orang-orang yang bunuh diri. 
Menurutnya, sistem asuransi di Jepang justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang sudah putus asa. “Jadi ketika semua cara sudah gagal, orang justru memilih untuk bunuh diri saja dan asuransi justru akan membayar Anda,” ucapnya.
Praktik ini ternyata memang kerap dilakukan. Sistem asuransi di Jepang, justru mendorong menempatkan aksi bunuh diri sebagai cara logis yang menguntungkan untuk dilakukan. Sebuah jurnal berjudul Suicide and Life Insurance karya Etsuji Okamoto mengkonfirmasi keanehan tersebut. 
Menurut Okamoto, ada korelasi yang positif antara rasio bunuh diri masyarakat Jepang dan ketersediaan pembiayaan asuransi untuk orang yang melakukan bunuh diri. Asuransi, sederhananya, akan membayar bila Anda bunuh diri.
Pada periode pascaperang, muncul tren yang dilakukan orang-orang Jepang yaitu menandatangani asuransi jiwa. Asuransi akan memberikan ahli waris Anda sejumlah uang atas kematian Anda. Masyarakat pun memanfaatkannya. Seseorang yang memang sudah punya niat bunuh diri, sebelum melakukan aksinya, terlebih dulu menyempatkan untuk membuat kontrak asuransi jiwa. 
Banyaknya praktik ini membuat perusahaan asuransi memberikan exemption time, atau masa tunggu kontrak tersebut berlaku. Perusahaan asuransi baru akan memberikan bayaran asuransi apabila orang tersebut melakukan bunuh diri satu tahun setelah kontrak ditandatangani. 
Meski demikian hasilnya sama saja. Orang-orang melakukan bunuh diri di bulan ke-13 setelah menandatangani kontrak. Ketika perusahaan asuransi menaikkan masa tunggu menjadi 2 tahun, masih saja tren bunuh diri memperlihatkan orang-orang melakukannya di bulan ke-25 setelah ia melakukan kontrak dengan perusahaan asuransi.

Sebuah film dokumenter Jepang berjudul Saving 10.000: Winning a War on Suicide in Japan mencermati praktik ini. Dalam film yang disutradarai oleh Rene Duignan tersebut, tampak bahwa bunuh diri memang menjadi pilihan yang strategis untuk menyelamatkan kehidupan orang-orang terdekat. 
Sebuah kuotasi dari film tersebut secara komprehensif menjelaskan fenomena ini: 
“Di Jepang, jika Anda kehilangan pekerjaan, Anda akan terputus dari pembiayaan dari perusahaan Anda.” 
“Namun demikian, sayangnya Anda masih punya sisa kredit berusia 20 tahun dan Anda punya anak-anak yang harus disokong biaya edukasinya. Apa yang akan Anda lakukan?” 
“Well, masalah ini sangatlah mudah. Utang-utang Anda akan dibayar. Kredit Anda akan rampung dalam sekejap. Anak-anak Anda akan bisa sekolah dengan tenang, dan Anda bisa saja masih mendapatkan 300 ribu dolar AS atau bahkan lebih.”



*di ambil  dari berbagai sumber: nihon no hikari, akiba nation, j-cul, jurusan jepang, jawa pos, kumparan 




 ODA NOBUNAGA


Pionir pemersatu Jepang.
Berada pada era 1570 - 1583
Lahir sebagai pewaris Oda Nobuhide, Nobunaga harus bersaing memperebutkan hak menjadi kepala klan dengan adik kandungnya Oda Nobuyuki. Setelah menang dalam pertempuran melawan klan Imagawa dan klan Saito, Nobunaga menjadi pengikut Ashikaga Yoshiaki dan diangkat sebagai pejabat di Kyoto. Kekuatan penentang Nobunaga seperti klan Takeda, klan Asakura, pendukung kuil Enryakuji, dan kuil Ishiyama Honganji dapat ditaklukkan berkat bantuan Ashikaga Yoshiaki. Nobunaga menjalankan kebijakan pasar bebas (rakuichi rakuza) dan melakukan survei wilayah.
Nobunaga diserang pengikutnya yang bernama Akechi Mitsuhide sehingga terpaksa melakukan bunuh diri dalam Insiden Honnoji. Nobunaga dikenal dengan kebijakan yang dianggap kontroversial seperti penolakan kekuasaan oleh klan yang sudah mapan, dan pengangkatan pengikut dari keluarga yang asal-usul keturunannya tidak jelas.
Nobunaga berhasil memenangkan banyak pertempuran di zaman Sengoku berkat penggunaan senjata api model baru. Selain itu, ia ditakuti akibat tindakannya yang sering dinilai kejam, seperti perintah membakar semua penentang yang terkepung di kuil Enryakuji, sehingga Nobunaga mendapat julukan raja iblis.

 HANZOU HATTORI 

   
Ninja legendaries pengawal Tokugawa Ieyasu.
Berada pada era 1570 - 1596
Hanzo Hattori (1542 – 1596) adalah anak dari Yasunaga Hattori seorang samurai terkenal. Yasunaga Hattori juga kepala dari kelompok Iga. Lahir dan dibesarkan di Propinsi Mikawa, Hattori adalah ninja dari Iga yang paling terkenal. Meski demikian Hattori sering kembali ke Iga untuk mengunjungi keluarganya. Hattori terkenal sebagai orang yang ahli senjata terutama pedang dan tombak. Kepiawaiannya bisa jadi tidak kalah dari samurai legendaris Miyamoto Musashi. Kemasyhurannya telah terdengar dimana-mana. Selain teknik senjata Hattori juga terkenal sebagai ahli strategi yang handal. Kemahiran dan keberaniannya sudah terlihat sejak remaja. Konon Hattori telah menjalani pertarungan pertamanya dalam usia 16 tahun. Hattori juga telah terlibat dalam perang besar di Anegawa (1570) dan Mikatagahara (1572).
Peran terbesar Hattori adalah tahun 1582 saat itu dirinya menunjukkan jalan bagi Ieyasu Tokugawa untuk meloloskan diri dari serangan Oda Nobunaga. Jalan yang ditunjukkan Hattori melewati wilayah Iga dan Koga hingga akhirnya Ieyasu berhasil selamat sampai di Propinsi Mikawa. Oda Nobunaga yang dijuluki sebagai “the evil king of sengoku” akhirnya tewas dalam kerusuhan itu. Menghargai jasa Hattori, Ieyasu yang dikemudian hari menjadi shogun mempekerjakan sekitar 200 ninja Iga menjaga istana di Yotsuya. Para ninja menjaga gerbang yang menjadi kunci masuk ke Yotsuya. Sebagai penghargaan bagi Hattori, salah satu gerbang diberi nama Gerbang Hattori karena kediaman Hattori berdekatan dengan pintu masuk itu. Ketika Yoshimune Tokugawa (1719-1745) berkuasa, ninja dari Iga diberhentikan dan diganti pengawal lokal.

SANADA YUKIMURA


Jenderal perang pasukan Toyotomi dalam perang Sekigahara.
Berada pada era 1570 - 1615.
Sanada Yukimura adalah samurai Jepang, sangat jago pedang, anak kedua dari daimyo Sanada Masayuki pada masa perang sipil/ periode Sengoku yang mengabdi pada klan Takeda. Nama lainnya adalah Sanada Nobushige mengikuti nama adik Takeda Shingen, Takeda Nobushige yang adalah seorang prajurit yang berani dan terhormat.
Dia dan ayahnya dikenal sebagai ahli taktik militer yang sangat baik. Meskipun pasukan mereka sangat kecil, mereka memenangkan banyak pertempuran di mana mereka kalah jumlah. Melalui prestasi ini, ia akan mendapatkan ketenaran dan selamanya tempat dalam sejarah Jepang. Sanada Yukimura itu disebut "A Hero yang dapat muncul sekali dalam seratus tahun" dan "setan merah perang", dan Shimazu Tadatsune (dapat dikatakan sebagai pemain terbaik dalam invasi Korea) menjulukinya sebagai nomor satu pejuang di Jepang.
Ia menikah dengan Akihime (Chikurinin) angkat-putri Otani Yoshitsugu. Mereka punya dua putra, Daisuke (Yukimasa) dan Daihachi (Morinobu).
MIYAMOTO MUSASHI
SWORD SAINT, alias dewa pedang (samurai terhebat sepanjang masa)
Berada pada era 1580 - 1650
Miyamoto Musashi adalah tokoh historis Jepang, hidup sekitar awal abad 17 di masa permulaan kekuasaan Shogunat Tokugawa. Konon, bagi orang Jepang laki-laki ini begitu memberikan arti. Dua kapal perang terbesar kekaisaran Jepang saat PD II salah satunya dinamakan sesuai dengan namanya.
Musashi bukanlah negarawan, keturunan bangsawan ataupun seorang jenderal kenamaan. Dia sekedar pendekar pedang yang di separo akhir hidupnya kemudian mendalami seni. Sebagai pendekar dia juga tidak mempunyai tuan (daimyo) tempat mengabdi. Sebagian besar hidupnya dihabiskan dengan menjadi samurai pengembara (shugyosha) yang menjelajahi seantero jepang dan tetap bebas merdeka dengan menjadi ronin (samurai tak bertuan).


SASAKI KOJIRO

Rival Miyamoto Musashi, samurai bisu dan tuli dengan kemampuan yang tidak terlalu jauh dengan Musashi. Meninggal ditangan Musashi.
Berada pada era 1580 - 1612.
Sasaki Kojiro ( disebut juga Ganryu Kojiro ) lahir tahun 1585 – 13 April 1612. Seorang samurai jepang yang lahir di daerah Fukui yang hidup dari jaman Sengoku sampai awal jaman Edo. Pertarungan dia dengan Miyamoto Musashi di Ganryu Island menjadi sejarah sampai sekarang. Sasaki Kojiro beraliran pedang Ganryu yang juga dijadikan nama sebuah dojo yang dia dirikan. Dikatakan bahwa Sasaki Kojiro belajar gaya berpedang Chujo-ryu dari Kanemaki Jisai (murid Toda Seigen).

TOKUGAWA IEYASU

Shogun terkenal jepang setelah Hideyoshi.
Berada pada era 1570 - 1616
Tokugawa Ieyasu ( 31 Januari 1543 - 1 Juni 1616) adalah pendiri dan shogun pertama Keshogunan Tokugawa dari Jepang yang memerintah dari Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600 hingga Restorasi Meiji pada 1868.
Ieyasu merebut kekuasaan pada tahun 1600, menerima penunjukan sebagai shogun pada tahun 1603, turun tahta dari jabatannya pada tahun 1605, tetapi tetap berkuasa sampai kematiannya pada tahun 1616.








Seperti pada kanji “Jepang” (日本). Memang walaupun pada umumnya golongan anak muda tahu makna kata tersebut, jika ditanyakan kepada golongan orang dewasa bagaimana mereka mengucapkannya akan terdapat beberapa perbedaan. Ada yang mengucapkannya dengan “Nihon”, “Nippon” atau bahkan mungkin ada yang menyebutnya “Yamato”, jika mereka mengetahui sejarahnya.

Kenapa ‘Japan’?

Sebelum membahas masalah Nihon/Nippon, coba pikirkan mengapa pada umumnya orang di luar Jepang mengabaikan nama asli dari negara ini dan memanggilnya “Jepang” atau “Japan”, nama yang sebenarnya memiliki makna “Ya, Roti!” (Ja – Pan, Pan berarti roti dalam bahasa Jepang).

Pengucapan ’Japan’ ini lahir pada masa Marco Polo, selama ekspedisinya ke China Utara pada Dinasti Yuan. Meskipun pada saat itu ia tidak pernah berpijak di negara Jepang yang dia dengar dari seseorang yang dia temui di China. Pada saat itu nama Jepang direpresentasikan dengan kanji (日本), dalam bahasa China dibaca Rìben.

Namun, dikarenakan dialek dari daerah tersebut, pembacaan kanji 日本 diucapkan seperti “Jipen” atau yang dituliskan oleh Marco Polo sebagai “Zipangu” selama ekspedisinya. Mulai saat itu, pengucapan tersebut menyebar ke seluruh Eropa dan lama-kelamaan pengucapan tersebut berubah menjadi ‘Japan’ hingga sekarang.

“Nippon” lebih dulu lahir
Dulu, nama ‘Japan’ dikenal sebagai “Wa” atau “Yamato” dan dengan kanji ?. Waktu berlalu dan terjadi perubahan kanji secara resmi menjadi ?? pada tahun 640. Meskipun begitu, sebutan “Yamato” masih sering digunakan oleh beberapa orang. Sekitar pertengahan abad ke-7 pembacaan kanji ?? berubah menjadi “Nippon” atau “Jippon”

Diyakini pada saat itu bahwa pengucapan “Nihon” sebagai sebutan di daerah Kanto selama periode Edo. Orang-orang banyak menghubungkan kisah mengenai perbedaan antara Nipponbashi di Osaka dan Nihonbashi di Tokyo.

“Nihon” lebih banyak dikenal
Setelah mendengar kisah tersebut, sangat kelihatan sekali bahwa “Nippon” adalah pengucapan yang benar untuk kanji 日本 karena ia muncul terlebih dahulu. Namun, sebuah survei menunjukkan bahwa 61 persen rakyat Jepang membacanya sebagai “Nihon” sedangkan 37 persen mengucapkan “Nippon”. Ini menunjukkan bahwa “Nihon” lebih lazim digunakan untuk kalangan muda. Dibandingkan pengucapan “Nippon” yang menunjukkan senioritas, “Nihon” memiliki vote yang lebih banyak.

Bagaimanapun, sebuah usaha dilakukan oleh Kementrian Pendidikan pada tahun 1934. Mereka melakukan investigasi mengenai bahasa nasional, salah satunya yang penting adalah merekomendasikan negara tersebut untuk seterusnya secara resmi diucapkan sebagai “Nippon”. Namun, pemerintah menolak tawaran ini.

Pada tahun 2009, salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat melakukan sedikit tindakan liberal dan meminta permohonan kepada pemerintah untuk mengesahkan pengucapan yang kompak, entah itu “Nippon” ataupun “Nihon”. Pemerintah merespon bahwa kedua pengucapan tersebut sudah digunakan secara luas dan sepertinya tidak ada alasan untuk mempermasalahkannya.

Berikut adalah beberapa nama grup yang menggunakan “Nippon” :

Nippon Housou Kyoukai (NHK) Nippon Television Network Corporation
Nippon Broadcasting Service (NBS)
Nippon Budokan
All Nippon Airways (ANA)
Kinki Nippon Tetsudou (Kintetsu Corp.)
Nishi-Nippon Railroad Co. (Nishitetsu)
Nippon Sports Science Unviersity
Nippon Yuubin (Surat Kabar Jepang)
Dan grup lain yang menggunakan “Nihon” :

Nihon University
Nihon Koukuu (JAL)
Nihon Keizai Shimbun (The Nikkei)
Nihon Ryokaku Tetsudou (JR)
Nihon Unisys
Nihon Sumou Kyoukai (Asosiasi Sumo Jepang)
Nihon Orinpikku Iinkai (Komite Olimpiade Jepang)


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Random Thought

“Some express, some write and some just feel it"

About Me

About Me
Hi, I am Eirens Josua. Blogger and writer. I like to share my knowledge and experience. Thanks for visiting my site.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Perbedaan Teks Fiksi Dan Non Fiksi
  • Contoh Membuat Narrative Text dari Anime, Serta Penjelasannya (Noragami Review)

Archieve

  • ► 2021 (3)
    • ► Januari (3)
  • ► 2018 (4)
    • ► Juli (1)
    • ► April (2)
    • ► Januari (1)
  • ▼ 2017 (4)
    • ▼ Mei (4)
      • Bushido: Kode Etik Samurai Jepang
      • Kebiasaan Bunuh Diri di Jepang Serta Alasannya
      • Pahlawan Jepang yang Dijadikan Tokoh Anime
      • Sejarah Singkat kata Nipon & Nihon (Jepang)
  • ► 2016 (5)
    • ► Desember (2)
    • ► November (1)
    • ► September (1)
    • ► Agustus (1)

Featured Post

Iman Letaknya di Otak?

Arsip Blog

  • ►  2021 (3)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2018 (4)
    • ►  Juli (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2017 (4)
    • ▼  Mei (4)
      • Bushido: Kode Etik Samurai Jepang
      • Kebiasaan Bunuh Diri di Jepang Serta Alasannya
      • Pahlawan Jepang yang Dijadikan Tokoh Anime
      • Sejarah Singkat kata Nipon & Nihon (Jepang)
  • ►  2016 (5)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)

Popular Posts

  • Perbedaan Teks Fiksi Dan Non Fiksi
  • Contoh Membuat Narrative Text dari Anime, Serta Penjelasannya (Noragami Review)

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template